Menata (kembali) Lemari Tua



Sebuah Refleksi selama liburan
Oleh : Claudia Rosari Dewi

Bagiku, perjuangan selama satu semester yang lalu sudahlah cukup menjadi modal untuk kembali menata apa yang telah kulakukan selama satu semester ini. Ketika di awal semester, aku merasa bersemangat menyambut semester baru yang artinya aku akan menemui hal-hal yang baru khususnya di tempat aku sekarang menuntut studi. Namun, memasuki tengah semester, aku merasa semakin tinggi semesternya semakin sulit. Memasuki akhir semester, aku merasa agak ringan pikiranku karena menyadari satu semester ini akan segera aku lewati.
Saat ini masa libur telah datang, dalam satu titik permenungan aku merasa bahwa ada banyak hal yang perlu kuperbaiki, perlu ku-reparasi-kan sejenak sebelum memulai sesuatu yang baru lagi. Kemudian, aku berpikir semakin mendalam, rasanya aku perlu membereskan diri, melihat semua amunisi yang selama ini aku gunakan untuk ‘berperang’ dalam menuntut ilmu. Aku melihat kembali, apa-apa saja yang telah aku lakukan, telah aku gunakan, dan telah aku hasilkan. Apakah memang sungguh-sungguh berarti untukku? Semua pencapaian ini? Semua hasil yang memukau yang telah aku raih dengan jerih payahku, apakah sungguh-sungguh berarti?
Aku kemudian ingat sesuatu bernama lemari. Lemari adalah sebuah benda yang menyimpan pakaian. Kutilik lemariku selama ini sudah cukup lama memang penuh dengan pakaian-pakaian yang selalu kugunakan selama ini. Aku membayangkan ketika menyentuh lemari pakaianku yang sudah cukup lama bersama-sama dengan aku. Terbesit pikiran, rasanya aku perlu menata kembali lemari tua ini, aku perlu mengaturnya kembali agar aku semakin ‘bergairah’ memandang pakaian-pakaianku.
Lemari pakaian tua itu aku ibaratkan diriku yang sudah lama tidak kutelusuri apa saja yang ada didalamnya. Ingin rasanya membongkar diri dan menata semuanya kembali. Aku diminta oleh-Nya memulai kembali segala sesuatu di semester yang akan datang dengan yang baru dan yang telah tertata kembali.
Bagiku, merupakan panggilan setiap manusia untuk dari waktu ke waktu memperbaharui dirinya menjadi sesuatu yang lebih baik, lebih berarti, lebih bermakna. Pernah suatu waktu aku membaca bahwa manusia yang tidak pernah merefleksikan dirinya sama artinya dengan manusia itu mati. Dari apa yang kudapat tersebut, aku menyimpulkan bahwa merefleksikan hidup ini penting. Beranikanlah diri kita untuk melangkah dengan mengambil jarak dari rutinitas sehar-hari dan melihat hal-hal dari sudut pandang lain sehingga kita bisa menggumuli hal yang berbeda dari waktu ke waktu. Refleksi merupakan kebutuhan dasar dari manusia dimana manusia itu diminta untuk tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang utuh sesuai dengan karaktenya dengan belajar dan bangkit dari kesalahan atau tindakan-tindakan keliru yang pernah dilakukan sebelumnya.
Selama studi, jatuh dan bangun sering aku rasakan. Suka dan duka banyak dilalui seiring waktuku bertambah dewasa. Banyak kesalahan yang telah aku perbuat, banyak tindakan-tindakan yang aku rasa kurang pas dimata orang lain, ingin aku merubahnya agar aku bisa mempersembahkan hidup dari hari ke hari semakin baik dihadapan-Nya. Memasuki masa liburan ini, aku rasa saat yang tepat untuk merefleksikan diri dengan menata kembali ‘lemari tua’. Pelan-pelan aku keluarkan pakaian-pakaian yang selama ini aku gunakan, kutata manakah yang kurasa masih bisa kupakai, masih bisa kugunakan, dan manakah yang perlu aku perbaharui, perlu aku singkirkan.
Terpikir olehku akan cita-citaku selama ini, sepertinya perlu aku masukkan dalam ‘lemari pakaian’ku agar bisa kukenakan kemana-mana. Tidak lupa juga aku memasukkan kedalam ‘lemari pakaian’ku ilmu-ilmu yang telah aku dapatkan selama hidup, baik secara formal maupun informal, kemudian aku juga ingin menata pengalaman-pengalaman yang selama ini aku alami, manakah yang selama ini mengembangkan aku atau malah melumpuhkan aku sebagai seorang pribadi,  beserta semua orang yang berarti bagiku, yang selama ini telah mendukung dan mendoakan aku, bahkan yang selama ini juga telah mengecewakan aku. Aku tata itu semua dalam lemari, semoga aku dapat menatanya dengan baik, menyeleksi manakah yang akan kugunakan dalam perjuangan di semester-semester berikutnya atau bahkan menjadi modal di kehidupanku selanjutnya.
Liburan kali ini bagiku bukan saatnya aku melakukan segala sesuatu dengan bersenang-senang. Liburan kali ini aku diajak untuk mengambil jarak beberapa saat dari rutinitas, melepaskan semuanya sejenak dan merelaksasikan diri, menarik kembali pengalaman apa saja yang sudah kudapatkan, pencapaian dan target apa saja yang telah berhasil kuraih ataupun yang belum berhasil kuraih sama sekali.  
Banyak orang memiliki impian yang sangat tinggi, bahkan bila dipikir secara logika, sulit untuk kita menggapainya. Namanya juga mimpi tak baik juga bila kita memutuskan asa sang pemilik mimpi tersebut. Dalam hidupku, aku juga mempunyai mimpi dan target tertentu yang ingin kuraih selama masa pendidikan. Aku ingat beberapa perkataan orang bahwa bermimpilah setinggi-tingginya tetapi jangan lupa daratan, yang kuartikan sendiri boleh kita memiliki mimpi tetapi tetap rasional dalam mewujudkannya.
Dalam menata lemari itu, telah kumasukkan impianku itu dalam deretan ‘pakaian yang akan kumasukkan kedalam lemari tersebut’ namun aku tetap selalu ingin mengoreksi apa yang kuimpikan itu, sejauh manakah aku sudah melangkah meraih impian itu. Langkah yang kuambil untuk mengambil jarak sejenak dari runtinitas atau kebiasaan sehari-hari kurasa tepat, sebab dalam mencapai sebuah tujuan atau impian perlu adanya evaluasi, dan dalam rangka menata (kembali) ‘lemari tua’ aku perlu melihat sudahkah aku menyelesaikan perkara-perkara kecil? Sudahkah langkahku saat ini mulai membereskan perkara-perkara besar?
Di saat liburan ini, ketika aku hendak menata ‘pakaianku’ dalam ‘lemari tua’aku diingatkan tentang sebuah ayat dalam kitab suci yang pernah aku baca bahwa kita hendaknya sebagai umat beriman membereskan perkara-perkara kecil terlebih dahulu baru semuanya akan ditambahkan Tuhan kepada kita. Termasuk mengevaluasi diri, merefleksikan diri, melihat diri apakah telah pantas selama ini yang telah dilakukan, barulah keluar dari diri kita untuk menemukan diri kita dalam hal-hal yang akan dihadapi dalam kehidupan ini.

Menata ‘pakaian’ dalam ‘lemari tua’ merupakan simbolisasi sederhana untuk memanfaatkan waktu yang tidak dipadati oleh rutinitas seperti biasanya yakni waktu liburan ini. Ini hanya sebuah lambang dari berbagai macam lambang bagi kita untuk semakin memaknai hidup. Ini hanya salah satu cara bila ingin lahir menjadi pribadi lebih baik dan lebih baik dengan berevaluasi dan berpegang pada kata bahwa manusia yang tidak pernah berefleksi itu sama dengan mati. Mungkin diluar sana akan ada banyak cara yang dapat digunakan untuk mengisi liburan, namun baik juga bagi kita untuk menyiapkan langkah atau strategi hidup berikutnya dengan menarik diri dengan niat menata kembali kehidupan sehari-hari. Semoga menata ‘pakaian’ dalam ‘lemari tua’ ini menjadi salah satu cara yang dipilih untuk menjadikan liburan sekolah, kuliah ataupun bekerja menjadi lebih bermakna lebih mengenali diri sendiri, dan ini semua dilakukan untuk Ad Maiorem Dei Gloriam, demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar. 

Comments

Popular posts from this blog

My Chevening Journey #1

My Reflection on Winning Chevening Interview 2020/2021 #2