Menakar Cita-cita di Tahun 2015
oleh : Claudia
Rosari Dewi
Berangkat dari apa yang telah diungkapkan oleh
Albert Einstein, bahwa manusia yang tidak merefleksikan hidupnya sama dengan manusia mati, sehingga pantaslah bagi kita untuk merangkum semua kehidupan yang telah
kita jalani selama satu tahun ini. Tentunya 2014 telah memberi satu tahun garis
kehidupan kita dengan banyak kisah, pengalaman, banyak rasa dan tentunya banyak
orang yang telah kita jumpai di tahun 2014 ini. Setiap orang pada umumnya tentu
akan memilih membuat suatu cara atau langkah baru dibalut dengan harapan baru
agar dapat tercapai apa yang diinginkannya, terlebih jika dengan sistem lama
yang digunakan ditahun sebelumnya tidak mendatangkan keberhasilan. Sebetulnya,
ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk dapat mendatangkan keberhasilan
di dalam hidup, salah satunya adalah membuat resolusi setiap tahun.
Resolusi menurut penulis secara pribadi merupakan
langkah yang tepat
untuk menakar hal apa saja yang telah kita lakukan dan belum kita lakukan serta
hal apa
yang akan kita lakukan. Refleksi dan evaluasi penting berkaitan dengan membuat
sebuah resolusi. Tentu resolusi ini dibuat berdasarkan pertimbangan yang matang
antara pikiran dan hati nurani sebagai seorang manusia. Apa sih yang sebenarnya
kita inginkan di dalam hidup ini?
Refleksi
Refleksi merupakan proses membuat pengalaman belajar
menjadi miliknya (apropriasi), memperoleh makna dan arti dari pengalaman
pembelajaran untuk dirinya sendiri dan yang lain. Pedagogi Ignasian
melukiskannya sebagai berikut: ”Dengan
istilah refleksi kita maksudkan pertimbangan mendalam mengenai bahan,
pengalaman, gagasan, tujuan atau reaksi spontan, dengan maksud untuk meresapkan
signifikansinya secara penuh. Maka, refleksi
itu merupakan proses dengan mana makna menjadi kentara dalam pengalaman manusia
Pada tahap ini, ingatan, pemahaman, imajinasi dan perasaan digunakan untuk
menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang sedang dipelajari, untuk
menemukan hubungannya dengan aspek-aspek lain dari pengetahuan dan aktivitas
manusia, dan untuk menghargai dalam pencarian yang terus menerus akan kebenaran
dan kebebasan. Jikalau
pembelajaran berhenti hanya pada pengalaman, maka ini bukan Ignasian. Karena
akan ada kekurangan pada unsur
refleksi dimana mahasiswa dipaksa mempertimbangkan arti dan makna manusiawi
dari apa yang mereka pelajari dan mengintegrasikan makna itu sebagai mahasiswa
yang bertanggung jawab yang tumbuh sebagai pribadi yang kompeten, sadar dan
bela rasa (competence, conscience
and compassion).
Secara pribadi penulis memaknai refleksi sebagai sebuah
cara untuk menggali setiap pengalaman yang diperoleh dalam satu hari. Setiap
hari tidak boleh dilewatkan begitu saja. Refleksi ini penting untuk jauh
melihat ke dalam diri kita yang sesungguhnya, apakah yang telah kita lakukan,
apa yang menjadi keinginan dari diri kita. Seseorang yang tekun berdoa dan
selalu merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya tentu akan dapat dengan mudah
melakukan refleksi. Refleksi menggunakan kemampuan kognitif dan juga hati,
hal-hal apa sajakah yang telah kita lakukan, sudah tepat atau benarkah? Ada
juga yang mengatakan bahwa refleksi adalah renungan. Ada juga yang mengatakan
bahwa hidup tanpa refleksi sama dengan mati. Oleh karena itu, sangat perlu bagi
kita untuk merefleksikan, merenungkan perjalanan hidup kita selama setahun ini,
apa saja yang telah kita lakukan dan akan kita lakukan berikut sebab dan
akibatnya atau baik dan buruknya.
Evaluasi
Sebagai manusia yang normal, tentu dalam hidup ini kita selalu ingin ada
peningkatan kualitas dalam hidup. Oleh karena itu, peran refleksi menghantarkan
setiap pribadi untuk melaksanakan evaluasi terhadap apa yang telah dialaminya.
Manusia yang berkembang secara mental/rohani kebanyakan mengandalkan teknik
ini, yakni merefleksikan hidupnya, kemudian mengevaluasinya, perbaiki diri di
sana-sini. Dengan refleksi kita dapat bercermin meihat kebaikan dan keburukkan
kita. Disinilah juga saat bagi setiap pribadi melihat keseluruhan hidupnya,
apakah sudah melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginannya di awal tahun. Maka, pembaca diharapkan pun
mengadakan evaluasi diri terkait pengalamannya selama kehidupan di tahum 2015
ini.
Resolusi
Resolusi memuat rencana sikap, prioritas,
komitmen, kebiasaan, nilai-nilai, idealitas, pertumbuhan internal dari manusia
sehingga dia bertindak bagi orang lain. Pedagogi Ignasian mendefinisikan
istilah, dengan merujuk idealitas khusus dari Ignasius, berusaha tidak hanya
mengabdi Allah, tetapi unggul dalam pengabdian ini, menjadi sesuatu yang lebih
(magis) dari yang dituntut: “Istilah ‘aksi’ merujuk pada pertumbuhan internal
manusiawi berdasar pada pengalaman yang juga sudah direfleksikan sebagai
manifestasi eksternalnya. Aksi meliputi dua langkah (i) Pilihan-pilihan yang
diinternalisir; (ii) Pilihan-pilihan yang dinyatakan secara eksternal. Ignasius
tidak hanya mencari tindakan atau keterlibatan sembarang melainkan, sementara
menghormati kebebasan manusiawi, ia mengusahakan untuk mendorong keputusan dan
keterlibatan untuk pelayanan yang lebih baik bagi Tuhan dan sesama.
Maka, tidak ada alasan bagi setiap
dari diri kita untuk tidak membuat perencanaan hidupnya di tahun yang akan
datang, berbagai macam cara dan metode sudah diberikan, sekarang bagaimana diri
kita untuk mencobanya dan bersungguh-sungguh untuk melaksanakannya. Dengan
semua strategi dalam menyusun kehidupan yang lebih baik yang telah diberikan,
tentu diharapkan setiap pribadi untuk dapat semakin dekat dengan apa yang dicita-citakannya.
Penulis ingin membantu setiap pribadi semakin realistis terhadap rencana
kehidupan di tahun depan. Manusia diciptakan untuk menjadi pelayan bagi
sesamanya, seandainya tidak mengetahui tujuan kita yang sebenarnya bagaimana
kita secara pribadi dapat melayani dan menolong sesama kita dengan
sebaik-baiknya? Semoga panduan dalam menyikapi tahun baru yang akan datang ini
membantu setiap pembaca untuk mengoreksi diri dan mempersiapkan hidup yang
lebih baik dan penuh harapan di tahun 2015.
Comments