Character Building Beswan Djarum 2014/2015 : Build My Character



            Seminggu sebelum keberangkatan kegiatan Character Building (CB) menuju Cikole, Lembang, Bandung, aku masih belum terlalu jelas dengan rangkaian kegiatan yang di tawarkan oleh Djarum Foundation ini. Sebagai penerima beasiswa, aku percaya bahwa kegiatan ini akan sangat mendidik dan akan sangat menjadi bekal bagi mereka yang mengikutinya. Aku ingat pada waktu itu, Selasa, 6 Januari 2015, aku dan kawan-kawan Beswan Djarum DSO Yogyakarta sedang duduk santai di ruangan rapat tempat biasa kami menerima uang beasiswa perbulan. Sebelum memutuskan berangkat, kami sepakat untuk menentukan bahwa hari tersebut kami mengambil uang beasiswa. Pelaksanaan CB itu sendiri pada tanggal 8-10 Januari 2015.
            Malam, sekitar pukul 20.30WIB, bus untuk Batch 4 Character Building Beswan Djarum 2014/2015 datang menghampiri Beswan Jogja, didalamnya ada beberapa beswan Solo yang juga menanti kami. Dua belas beswan Jogja untuk Batch 4 Character Building. Perjalanan yang kami tempuh sangat panjang, 14 jam kami duduk diatas bus dan bisa dibayangkan betapa panasnya pantat kami duduk di dalam bus. Pegal dan kesal iya, tetapi perasaan ingin segera melaksanakan CB kulihat dan kurasa dari wajah beswan-beswan Jogja dan Solo ini.
            Rabu, 7 Januari, tibalah kami di Kota Bandung yang sering disebut dengan Kota Kembang ini. Kami singgah dahulu ke Cihampelas dan Saung Angklung Udjo (SAU). Menarik! Kami diajak untuk lebih mengenal betapa kayanya budaya Indonesia salah satunya dapat dilihat dengan warisan Angklung ini yang di lestarikan oleh Abah Udjo sang pendiri SAU. Dulu, 4 tahun yang lalu aku pernah berkunjung ke tempat ini tetapi masih belum memiliki pemahaman mendalam bahwa Angklung adalah warisan budaya yang sudah diakui dunia. Sekarang, bersama Beswan, cakrawalaku semakin luas dan menyadarkan aku bahwa sebagai orang Indonesia, harus untuk memiliki rasa bangga atas Negara Kesatuan Republik Indonesia ini!
Inspirasi Angklung: Kelanjutan Nation Building Beswan Djarum 2014/2015
            Memang hanya transit namun bagiku tempat ini membuat aku semakin cinta Indonesia! Ini ternyata semakin membuatku memaknai Nation Building yang aku dapatkan ketika akhir bulan Oktober dan awal bulan November 2014 dari Djarum Foundation. SAU tempat aku singgah ini ternyata memiliki harapan untuk mewujudkan cita-cita Abah Udjo (Alm) yang atas kiprahnya dijuluki sebagai Legenda Angklung, yakni Angklung sebagai seni dan identitas budaya yang membanggakan. Nothing to lose! Ketemu banyak Beswan dari seluruh Indonesia, bisa mengenal dan memahami keragaman Indonesia menurutku adalah suatu rahmat yang luar biasa dan semoga semakin terbuka kesempatanku untuk dapat mengenali keragaman budaya di Indonesia ini.

Detasemen 235: Zona Simulasi Tempur bagi Beswan yang siap tempur!
            Ini hutan dan pasti DINGIN! Baru saja melangkahkan kaki, suara titahan seorang TNI yang ada di tempat itu langsung menggema ditelinga kami. Peraturan baris berbaris lah, atribut yang harus digunakanlah, waktu yang harus ditepai lah, dan segala hal yang mengikat kami selama tiga hari dua malam di sana. Laki-laki menempati tenda Sudirman dan untuk perempuan menempati tenda Diponegoro. Masing-masing Beswan dibagikan dua kaos panjang (warna biru muda dan orange dengan tulisan Character Building Beswan Djarum 2014/2015.), dua celana training warna hitam, satu tempat minum, pin, dan topi. Semua wajib memakai dan jangan sampai hilang. Setiap Beswan di cek kesehatannya dan juga di berikan satu kantung sleeping bag mengingat udara yang sungguh sangat dingin. Inilah tempat kami akan di tempat selama dua hari kedepan, Detasemen 235 Simulasi Tempur yang takkan pernah tergantikan.
            Awalnya ketika aku melihat bed yang akan digunakan, aku agak terkejut karena bed nya persis seperti yang digunakan ketika pelatihan-pelatihan tentara. Perasaanku semakin kuat untuk menduga bahwa ini akan menjadi kegiatan pelatihan dan pembentukan karakter ala militer yang mengunggulkan kepemimpinan dan kedisiplinan.
            Aku membayangkan beberapa pelatihan kepemimpinan yang sudah aku alami beberapa waktu ini selama duduk di bangku kuliah. Tentu persepsiku akan kegiatan ini kurang lebih juga akan sama ketika pelaksanaannya. Ternyata aku salah besar, beberapa konsep memang sama yang digunakan tetapi ini lain dari yang lain, di didik ala militer, berkawan dengan alam dan hanya mengandalkan alam, tentu pengalaman ini sungguh sangat berarti terutama ketika harus bergulat bersama teman-teman Beswan dalam menghadapi lima belas buah games yang harus kami selesaikan dalam waktu 2 hari 2 malam.
            Tentu dalam menghadapi tantangan selama CB ini aku tidak sendirian karena setiap Beswan dibentuk dalam 10 kelompok. Aku mendapatkan kelompok 7. Anggota dalam kelompok tujuh ini dia ntaranya: Rosa (aku-Psikologi Sanata Dharma Yogya), Chindy (Ekonomi Atma Jaya Jakarta), Yossi (Akuntansi Atma Jaya Jakarta), Novita (Teknik Kimia ITB), Natasha (Teknik Kimia ITB), Issara Dhita (Teknik Industri UGM Yogya), Ika (Gizi Brawijaya Malang), Afina (Univ Negeri Malang), Ayu (Sastra Inggris UIN Bandung), Lila (Univ Negeri Malang). Awalnya aku menawarkan diri sebagai DanRu (Komandan Regu) dalam kelompok ini, namun Chindy lebih dahulu mengajukan diri untuk menjadi DanRu.
            Setiap kelompok selalu memiliki DanRu yang tugasnya adalah: memimpin dan melayani kelompok/ menjadi panutan di dalam kelompok. Beswan dalam batch 4 ini sejumlah 103 (kurang lebihnya). Terbagi dalam kelompok dimana kami tak saling mengenal namun kami memiliki kehendak yang besar untuk belajar. Itulah kami, Beswan Djarum 2014/2015 yang tak sabar  menghadapi tantangan dan rintangan dalam medan tempur di tempat ini.
Kelompok Tujuh dan Lima Belas Games Menantang
            Fill The Water. Games pertama bagi Kelompok tujuh yang mematikan dan menjatuhkan mental kami sebagai pejuang. Kami di berikan games ini diawal kami bergerak sebagai satu kelompok. Dalam games ini kami harus mengisi air kedalam silinder yang berlubang-lubang dan sebagian peserta menutup lubang-lubang tersebut hingga bola yang ada dalam silinder itu dapat keluar. Berat bagi kami dikala harus menggunakan segala cara untuk dapat membuat silinder berlubang penuh dan membuat bola keluar. Segala cara sudah kami tempuh bahkan sampai kami mengambil air dengan mulut dan mengkumur-kumur­kan air penuh lumpur itu ke dalam mulut. Games pertama yang sebenarnya bagi kelompok kami menjatuhkan mental kelompok kami dan pesimis untuk games selanjutnya. Namun, kami diberikan debrief oleh pelatih games ini bahwa dalam games ini nilai yang bisa kami peroleh adalah tanggung jawab dan perhatian kepada sesama.
            Construction Game. Nama lain games ini adalah Lego Construction. Memang benar karena alat yang digunakan adalah lego. Kami membagi diri menjadi tiga kelompok. Kelompok pemberi pesan, penerima pesan dan pembentuk pesan. Games ini menuntut kami untuk dapat menyampaikan bentuk (model) konstruksi bangunan yang sudah jadi oleh beberapa peserta, untuk kemudian dibuat bangunan yang sama bentuk dan warnanya seperti bentuk model yang ada. Games ini menuntut dari kami kepercayaan. Di games ini kami menang, dan mendapatkan poin karena kemenangan kami dalam bentuk pita merah. Jumlah pita terbanyak itulah kelompok yang menang. Karena kemenangan dalam games ini, maka kami merasa melangkah lebih optimis lagi. Baru dua games, aku merasakan bahwa kelompok ini harus di kompakkan supaya tidak terjadi banyak keluhan. Secara garis besar DanRu kami belum siap untuk menjadi pemimpin kelompok, namun kami berusaha mengerti dan mensupport DanRu (Chindy) kami agar mampu melaksanakan tugasnya.
            Flying Fox. Games ini terlihat mudah namun cukup berat juga. Aku berpikir bahwa setiap anggota dalam kelompokkku pasti sudah pernah mencobanya. Namun ada satu temanku dala  kelompok, Ayu, yang belum pernah mencobanya. Karena asli Bandung, maka pelatih yang membantu kami mempersiapkan permainan ini semacam mengejek si Ayu karena anak Bandung kok belum pernah coba permainan ini. Secara garis besar kami bersyukur karena kami bisa melaksanakannya namun kekhawatiran baru muncul karena beberapa kali kesalahan yang dilakukan oleh DanRu. Tujuan dari games ini memang membawa kami meluncur dari satu ketinggian ke tempat yang lebih rendah. Itulah tantangan yang harus kami hadapi, tidak hanya meluncur dengan ria, namun kami juga dituntut tidak panik terhadap ketinggian sehingga mampu mengontrol diri. In this game, all is well and my team do our best as soon as possible.
            Rappeling. Namanya aneh dan baru pertama kali kudengar sepanjang hidup ini. Agaknya di games ini aku cenderung sial dan kurang beruntung karena aku terpelanting dan rasanya sungguh sangat tidak menyenangkan. Games ini merupakan suatu permainan yang menuntut kami menuruni tebing dengan ketinggian sekitar 10 meter dengan menggunakan seutas tali. Nilai dari games yang bisa kami peroleh adalah kontrol diri karena hal ini berkaitan dengan kami mengontrol tali yang kami gunakan untuk dapat membawa kami sampai ke bawah. Aku mengevaluasi kelompokku secara pribadi kami belum merasa kompak karena seperti masih ada jarak antara kami untuk secara totalitas mendukung teman-teman kami masing-maisng ketika main. Alhasil, hanya beberapa orang yang aktif. Novita adalah salah satu Beswan dikelompok kami yang cukup aktif. Beberapa games hampi sebagian besar dia yang dominan, bukan DanRu melainkan anggotanya. Untuk awal memang kami belum ada chemistry, namun kami berusaha optimis untuk dapat melalui satu persatu games di hari pertama itu. Never forget for the nice try.
            Trust Fall. Games paling menyenangkan buatku. Aku secara pribadi telah berkali-kali mencoba games ini namun beberapa kali juga gagal entah mengapa kali ini aku mencoba dan beberapa kali berhasil. Aku yakin kepercayaan diriku bertambah dalam games ini. Aku tidak pernah mau mencoba games ini karena selalu gagal. Entah apa yang membuat aku menjadi percaya aku bisa melaksanakannya yang kuingat dan kusebut saat itu adalah Tuhan aku percaya kepadamu. Setelah aku berusaha menyerahkan diriku hanya kepada Tuhan dan tangan teman-teman aku dengan mudah melaksanakan dan menyelesaikan games ini dengan berhasil. Percaya saja, itulah kunci utama dalam games ini. Dalam games ini peserta games harus menjatuhkan diri ke belakang dari atas ketinggian 150 cm dan ketika jatuh ditopang oleh rekan-rekan di bawah. Sasaran yang dituju adalah kepercayaan dan integritas. Kepercayaan sudah jelas, intergritas itu nampak dalam keutuhan kita dalam mempercayakan tubuh kita kepada teman-teman yang akan menopang tubuh kita ketika telah kita jatuhkan. Dengan satu orang komando, kami jadi mengetahui posisi yang pas untuk jatuh dan bagi yang dibawah posisi untuk menangkap. Satu kejadian lucu dalam kelompok kami, ketika Yossi ingin menjatuhkan diritiba-tiba ia jatuh tidak sesuai dengan space yang telah kami buat untuknya. Kebetulan Yossi memiliki badan yang besar sehingga berat untuk kami menampungnya, namun itu bukanlah alasan mengapa Yossi tidak mendarat dengan bagus, Yossi melemparkan tubuhnya jauh beberapa cm tempat kami sudah membuatkan space sehingga adegan ini bagi kami sungguh lucu dan kami membayangkan Yossi sebagai orang yang sedang salto ketika itu. Akrobat ini mengundang kameramen untuk mengabadikannya. Kami tertawa terbahak-bahak. Dari situ, aku merasa bahwa kelompokku semakin dapat mengerti dan menerima satu sama lain. Memahami dan menerima satu sama lain tidak ada teori yang diajarkan oleh sekolah, namun itu semua dipelajari sepanjang hayat.
            Elvis Walk. Games yang paling aku senangi kedua kalinya setelah Trust Fall. Mudah namun sulit. Gimana tuh? Ya, bagiku ini games yang mudah, aku pernah mengerjakannya sehingga aku diantara teman-temanku, akulah yang mengulang dua kali. Tak seseram yang dibayangkan oleh kedua temanku, games ini begitu mengasyikkan untuk diulangi, asalkan kita tahu kunci utamanya, kunci utamanya adalah keseimbangan diri. Games ini menantang peserta untuk berjalan diatas tali dengan bentangan tali 20 meter. Peserta harus memegang tali webbing yang menjuntai diatas mereka. Jarak antara pegangan satu dengan yang lain 1,5 meter. Ketika aku berjalan diikuti dengan teman lain maka tali akan bergoyang, disitulah tantangannya, langsung dengan cepat tanpa berhenti aku langsung menyelesaikannya sampai finnish. Hal ini kemudian membuat temanku mengatakan, “Ros, kamu sering main outbond ya? Gile, cepet bener. Gile canggih betul Ros!” Entahlah. Aku hanya merasa bahwa aku pernah memainkannya dan aku merasa mengetahui kunci utamanya, yakni kontrol diri, keseimbangan diri kita. Beberapa games selalu menekankan keseimbangan, bagiku perlu sekali dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat mengendalikan atau menyeimbangkan diri kita. Mengontrol diri agar tetap stabil, bagi beberapa orang mungkin sulit, tetapi ketika ada kemauan semua kesulitan itu bisa dihadapi dengan gagah berani dan itu terbukti ketika Rosa berhasil melalui Elvis Walk ini.
            Games satu hari ini dapat kami lewati dan alhasil memberikan dampak positif bagi kelompok kami. Kami menjadi semakin memandang kelompok kami dapat menantang semua games ini, dan aku juga merasa bahwa kekompakkan dalam kelompoklah yang membangun semangat kami untuk dapat menembus segala keterbatasan kami dalam menghadapi tantangan dan dominan dari kami memang takut akan ketinggian tetapi mau tak mau suka tak suka kami memaksakan diri kami.  Kami akhiri satu hari ini penuh syukur. Diam-diam aku mengambil waktu untuk menundukkan diri kepada Tuhan dan mengucap penuh syukur bahwa aku boleh menerima hari ini apa adanya, aku bisa melaksanakannya tanpa mengeluh dan padahal diawal aku sudah pesimis dalam kelompok ini.
            Malam ini dilanjutkan suatu kegiatan yang mirip dengan (banyak orang bilang) Jurit Malam, yaitu Caraka Malam. Ini tak kalah luar biasa. Beswan diminta untuk dapat memberikan pesan kepada seseorang dan pesan tersebut disampaikan dengan baik tepat keorangnya, Beswan harus mengikuti jakur dan pos yang telah di tetapkan agar tidak salah arah, dan akhirnya setiap Beswan harus melewati satu persatu pos dengan memegang tali tambang. Kami menyusuri hutan Pinus Cikole dengan tubuh yang menggigil kedinginan. Kala itu pukul 23.00, aku dan kelompokku akhirnya kebagian untuk dapat melaksanakan Caraka Malam ini. Biarpun kami berkelompok namun kami diminta untuk dapat berjalan satu-eprsatu membawa pesan yang sama kepada orang yang sama dan melewati hamparan hutan dengan banyak gangguan sana sini. Namun kami tetap berusaha semaksimal mungkin. Jadi, bisa dibayangkan pada waktu itu kami ketakutan sekaligus kedinginan.
            Menyusuri hutan Pinus Cikole bukanlah perkara mudah. Kami semua terbiasa tinggal di daerah perkotaan, sangat jarang mengalami hal demikian, sehingga yang ada hanyalah mengeluh. Tetapi aku mau kelompokku tidak demikian, aku mau kelompokku menjadi kelompong yang tetap optimis meskipun banyak games yang kami lose untuk mendapatkan point. Berkat dua games terakhir, akhirnya kami hidup penuh semangat dan berapi-api menyambut hari baru. Sudah menyelesaikan 6 games maka hari ini 9 games harus di selesaikan sesuai dengan kesepakatan. 6 games awal memang berat karena banyak media ketinggian dan air, 9 games berikutnya menantang kami untuk berpikir lebih cermat.
            Spiderweb. Jaring laba-laba yang satu ini, bisa saja dibilang mudah, namun ketelitian sungguh ditekankan. Begitu salah satu anggota tubuh dan atribut yang kami pakai (topi, baju, tali webbing) kena, maka kami harus mengulanginya sejak awal lagi. Setiap orang dalam kelompok harus melewati lubang-lubang tali yang telah disediakan. Setiap lubang untuk satu orang tidak boleh digunakan lagi dan kami sama sekali tidak boleh menyentuh tali. Disini kami belajar untuk jujur pada diri sendiri, menghormati aturan yang ada dan memiliki perhatian terhadap sesama. Harus saling menopang teman yang lain. Kami gagal di games ini. Terlalu banyak teori dan terlalu banyak ngomong ‘harusnya begini, harusnya begitu’, kurang berani mencoba untuk melaksanakannya. Alhasil, kami gagal. Kegagalan kami ketika sudah delapan atau sembilan orang masuk kemudian orang kesepuluh menyenggol tali dan kemudian kami harus mengulang semuanya dari awal. Kesabaran juga dilatih disini. OK, kami kalah namun kami tak boleh menyerah.
            Paintball. Bertempur dengan menggunakan senjata paintball dengan peluru cat di dalamnya. Untuk pertama kalinya aku mencoba hal demikian. Kelompok tujuh bertanding dengan kelompok delapan. Ada dua sesion games, sesion pertama kelompokku kalah dan di sesion kedua kelompokku menang. Pmenang dilihat dari berapa jumlah anggota kelompok yang bertahan dalam satu session. Di awal kelompokku hanya beda satu orang, di session kedua kelompok kami menang karena banyak bertahan. Aku secara pribadi tidak suka bertahan tetapi tidak berani maju untuk menyerang. Dalam dua session ini aku cenderung diam dan tidak berani maju, aku takut tertembak dan takut kalah. Aku belajar dengan aku diam dan takut kalau tertembak kadang kala sikap seperti itu kurang baik dalam kehidupan sehari-hari. Diam-diam aku merefleksikan lagi, kalau diam itu emas memang baik, namun diterapkan dalam permainan ini agaknya kurang pas karena tidak berani bertindak. Kalau-kalau dikehidupan sehari-hari aku berhadapan dengan masalah, aku tidak boleh hanya diam dan bertahan saja, melainkan berjuang maju dan menang. Games ini menuntut kami untuk dapat jujur, kalau kena peluru cat harus jujur dan keluar arena. Kami menang dan kami semakin optimis.
            Six in Pack. Dalam games ini kelompok dituntut untuk dapat menyebrangkan setiap anggota kelompoknya dari garis start sampai finnish melewati kotak-kotak tali, pada saat peserta masuk kotak tidak boleh mengeluarkan suara. Lagi dan lagi kami hanya banyak berteori tidak berani mempraktekkan ide kami. Kami terlalu takut gagal. Sebenarnya mudah namun pikiran kami kurang  jernih dan terbatasa oleh aturan-aturan yang memusingkan, padahal secara sederhana kami hanya diharapkan untuk dapat menyebrangi kotak tanpa kena tali dan tanpa bersuara. Toleransi, hormat dan kesetaraan adalah nilai-nilai yang kami peroleh. Kata-kata dari sang pelatih membuatku semakin menyadari bahwa manusia mempunyai kemampuan tanpa batas, hanya saja, manusia sendiri yang membatasi kemampuannya, “Kalian ingat kan dulu ingin menjadi pilot, menjadi pelukis, menjadi dokter, ingin jadi astronout, sekarang kalian tidak lagi membayangkan hal demikian, karena hal itu tidak mungkin. Kerangka pikir tidak mungkin itulah yang membuat kalian terperangkap dalam hal-hal yang kalian anggap mustahil untuk dilaksanakan padahal manusia itu tanpa batas.
            Sky Run. Beswan diminta untuk dapat berjalan diatas balok besi pada ketinggian 10 meter dari start sampai finnish. Bayangkan jika kami harus berjalan dari ketinggian 10 meter dengan balok kecil dan balok tersebut begitu licin karena tertimpa hujan. Fokus. Pelajaran pertama yang aku ambil. Memang di games elvis walk aku berhasil menakhlukannya namun kalau di games ini terkesan lebih menakutkan, padahal hanya tinggal melewati balok itu saja. Keseimbangan juga diperlukan. Karena jago elvis walk maka teman-teman memanggil aku ‘ini Rosa aja yang duluan, kan dia pakarnya’ aku membatin ‘pakar apaan sih? aku juga takut tau!’ Akhirnya memang aku yang maju duluan dan memberanikan diri untuk maju. Temanku ada yang mual ketika melihat games ini, dia menjadi tidak enak badan, namanya Afina. Yossi juga berpikir dua kali untuk melaksanakan games ini, takutnya dia akan salto dan akrobatik lagi seperti di trust fall. Yang aku ingat selama berjalan di balok itu adalah Tuhan, kedua orang tuaku dan hal-hal yang paling membahagiakan dalam hidup. Itu membantuku untuk fokus dan seimbang.
            Emergency Water. Kurang lebih sama menyebalkannya dengan  fill the water namun kali ini lebih dapat diajak kompromi. Kami tak harus lagi untuk mengkumur-kumurkan air lumpur, meskipun gantinya kami harus berjalan diatas tanah lumpur yang sangat-sangat licin sampai salah satu teman kami, Novita terpelanting dan kulit jempol kakinya sobek. Ahhhh! Dalam games ini kami diminta untuk mengisi drum sampai penuh air dengan menggunakan jerigen yang berlubang-lubang. Kami ditantang untuk mengejar yang terbaik dan handal dalam mengelola air yang kami bawa agar dapat sampai ke tempat tujuan dan tidak banyak jatuh di jalanan penuh lumpur nan licin ini. Bagiku, ini semakin memaksaku untuk bertindak profesional, apapun tantangannya aku harus siap sebagai seorang pribadi, tidak boleh mengeluh dan berusahalah yang terbaik dalam sebuah perkara yang dipercayakan kepada kita. Terdorong oleh semangat sky run, kami bekerja keras hingga ada yang terpelanting, namun demikian di games ini kami gagal karena waktu tidak mencukupi padahal kami tinggal 1/5 bagian lagi maka akan penuh.
            Folding Carpet. Games mudah namun tak boleh disepelekan. Membalikkan karpet ukuran tertentu dengan semua peserta tetap berada di atas karpet pada saat dibalikkan. Yang kami dapatkan adalah toleransi dan keadilan untuk saling membantu membalikkan karpet selain banyak pita merah yang kami dapatkan di games ini. Sampai bertumpuk-tumpuk bahkan aku sampai terguling ke tanah yang agak miring, sialnya hal itu tersorot oleh kameramen dengan kameranya, ah semoga tidak menjadi aib! Kerjasama dan kekompakkan tim. Ingatkan di awal? Aku dan teman-temanku sudah pesimis karena pita yang tidak sebanyak (mungkin) kelompok lain, dan keberanian teman-teman yang kadangkala minus, sehingga tidak dapat mencoba. Afina karena sakit akhirnya tidak mengikuti permainan ini. Novita yang di games sebelumnya kakinya sobek cukup lebar akhirnya memutuskan untuk ikut. Karena semangat itu kami tidak gagal. Semangat menghasilkan kerja keras dan kerja keras membuahkan keberhasilan.
            Human Jump. Mudah namun tetap membuat deg-deg-an. Mungkin karena semangat yang masih menggebu atas keberhasilan di Folding Carpet maka dalam games ini kami juga berhasil. Meskipun Afina masih sakit, namun kami tidak patah semangat.  Kami melompat dari atas para-para/ papan loncat untuk meraih target yang berjarak sekitar 2 meter dari papan loncat. Kami mengerjar yang terbaik dan akuntabilitas (mengukur) kemampuan kami dengan papan loncat dengan kuda-kuda yang siap sehingga mampu meraih target. Seperti biasa, karena teman-teman menganggap aku yang paling berani maka, teman-teman akhirnya memintaku memulai duluan. Teman-teman akhirnya juga terpancing keberanian untuk mencoba. Disini aku merasakan teman-teman kelompok tujuh semakin akrab dan saling mendukung satu sama lain ‘ayo kamu pasti bisa! semangat semangat!’  Akhirnya karena semangat dan kekompakkan ini kami berhasil mendapatkan beberapa pita merah. Chindy sebagai DanRu juga lebih peka pada apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Aku diam-diam mengamatinya (mungkin karena aku pun belajar Psikologi).
            Double Rope Bridge. Games paling mematikan dan paling menjengkelkan. Games yang hendak membunuh kami. Apalagi dengan hadirnya bapak Fernando yang sering mengguncang-guncangkan talinya dengan goyangannya. Tentu aku kembali menjadi korban teman-teman untuk mencoba pertama kalinya, kemudian ada Ika dan Dita. Maksimal dalam tali sepanjang jalan hanya tiga orang. Awalnya mudah, begitu masuk ditengah, aku tidak sanggup lagi mengatakan bahwa ini sulit (karena saking sulitnya) dan aku sampai tidak dapat melihat kebawah, karena kalau melihat kebawah aku akan menangis karena dibawahku adalah jurang. Kami harus menyebarangi lembah / jurang dengan menggunakan media 2 bentangan tali. Satu tali untuk pijakan dan satu lagi untuk pegangan tangan. Awalnya Dita, Ika dan aku melangkah dengan mulus, begitu sampai tengah bapak ‘Pernando’ ini kemudian mengguncangkan tali yang kami pegang dan kami pijak begitu kuat sampai akhirnya Ika jatuh dan terpelanting. Ika kemudian bangkit lagi untuk naik. Dita membantu dan aku pun memberikan semangat pada Ika, aku sungguh sangat takut pada waktu itu, khususnya ketika sampai ditengah dan goncangan semakin kuat. Aku tak dapat memberikan banyak bantuan pada Ika. Aku merasa aku cukup egois tapi mau bagaimana lagi aku sungguh takut jika harus melihat ke bawah. Aku fokus pada dua tali tempat aku berjalan dan fokus pada tujuanku untuk sampai. Berkali-kali aku berteriak, “Tuhan Yesus. Hati Kudus Yesus,” koyakan di daerah perut karena tali yang terus digoyang-goyangkan membuat perut dan lenganku yang memeluk tali itu semakin sakit. Luar biasa pertahananku! Bahkan goncangan yang paling dasyat sekalipun aku tak lepas dari dua tali tersebut. Tapi aku cukup merasa egois karena kedua temanku yang terpelanting. Aku tak berani mencoba untuk menolong karena takut guncangan itu semakin dasyat. Dalam hati dan pikiranku hanya satu, “Tuhan Yesus dan tali” aku hanya bergantung pada Tuhan dan Tali. Tidak yang lain. Karena Ika tidak dapat berdiri dan waktu sudah habis akhirnya (meskipun tinggal ¼ perjalanan lagi) kami tidak dapat menyelesaikannya. Andai saja Ika tidak jatuh dan kami berdua sanggup menolongnya kami pasti berhasil. Kemudian aku minta maaf pada Ika, “Ika maaf aku ga bisa nolong kamu. Aku bener-bener takut dan sakit dan rasanya mau mati saja”. Ika merasa tidak kenapa-kenapa dan mudah memaafkan. Mungkin kalau aku di posisi Ika, aku juga akan sulit untuk berdiri. Di games penutup ini aku belajar banyak hal. Seandainya aku mau menolong Ika, mungkin kami juga akan cepat sampai, andai aku lebih mau berkorban sedikit demi keselamatan teman dan beranikan diri untuk arsa takutku akan jurang, pasti tidak akan segagal ini. Ika akhirny ditolong oleh bapak pelatih dan bukan kami sebagai kedua temannya yang sama-sama satu perjalanan. Pelajaran bagiku untuk juga mau lebih berani berkorban dan tidak takut ketika harus bertindak yang kaitannya dengan banyak orang. Aku tidak boleh menghindar dan lari dari masalah. Pelajaran yang sangat berharga. Akhirnya ketujuh orang temanku menyoraki kami dan mengatakan, “Kalian hebat! Dita kamu perkasa banget. Ika kamu ga kenapa-napa kan? Ros, sumpah ya lu berani banget, lu fokus banget, mungkin kalo gue jadi lu udah gak bisa tahan-tahan lagi disitu,” celetuk Novita. “Iya eh Ros, kamu tenang banget diatas tali yang goyang-goyang super dahsyat sama bapak Fernando!” Entahlah. Apapun ekspresi mereka, sungguh ini games closing  yang luar biasa dan menantang adrenalinku. Perutku amat sakit dan lenganku tangan dan kakiku biru semua. Hanya menggantungkan diri pada Tuhan dan Tali. Dalam kehidupan sehari-hari memang semestinya kita percaya seutuhnya pada Tuhan dan sarana yang Tuhan berikan untuk hidup kita.
            Done! Tuntas sudah 15 games yang harus kami perjuangkan dari hari kemarin hingga hari ini. (Paintball ada dua session sehingga terhitung 15). Malamnya ada upacara penutupan yang mengakhiri semuanya. Waktu pertama kali Beswan Djarum datang ada upacara pembukaan yang mengawali semua aktivitas dan menyerahkan semua Beswan kepada TNI Detasemen 235 Simulasi Tempur, pada malam hari ini  kami menutupnya dengan uapacara penutupan sekaligus penyerahan Beswan kembali lagi pada Djarum Foundation dan itu artinya kami telah lulus terdidik secara militer oleh mereka. Setelah upacara penutupan, diumumkan tiga best performance terbaik. Kelompok tujuh, kelompokku menjadi salah satu yang disebutkan dan kami sama sekali tidak menyangka sebab dari awal permainan kelompok kami kurang kompak dan cenderung pesimis. Tetapi siapa sangka bahwa kelompok kami yang menang, entah dari mana mereka melihatnya dan menilainya. Kami satu kelompok sama sekali tidak menyangka, dan menganggap bahwa kelompok kami yang paling parah dan tidak ada harapan untuk dapatkan yang terbaik. Kami masing-masing menerima plakat dan baju dari Djarum sebagai bentuk penghargaan kerja keras kami selama dua hari ini. Tangan dan kaki yang biru-biru, kaki yang berdarah dan sobek, tubuh yang masuk angin, tubuh yang lecet-lecet, ketakutan yang luar biasa akan medan di hutan dan ketinggian, semua terbayar lunas karena kami berjuang keras dan kami dihargai. Perlu dicatat bahwa kerja keras adalah kunci utama sebuah kesuksesan. Kami bersyukur dan tetap rendah hati.
            Kegiatan outbond ala militer ini juga ditutup dengan api unggun, makan malam bersama, dan hiburan dari band asal Bandung. Kami menyayikan bersama-sama lagu Beswan dan kemudian bersalam-salaman, baik sesama Beswan, pihak Djarum, maupun para TNI Militer yang melatih kami di Zone 235 ini. Aku semakin menyatu dengan mereka. Tak lagi aku melihat jumlah uang yang diberikan oleh Djarum Foundation setiap kali aku menerima uang bulanan beasiswaku, tak lagi aku merasakan tubuhku yang begitu sakit karena penggemblengan ini, namun yang kulihat adalah kedisiplinan, kemandirian, dan integritas yang dibangun dalam kegiatan ini. Djarum Foundation (seperti yang disampaikan oleh bapak. S.M. Serad tentang Kedisiplinan dan Kemandirian diri seseorang demi membangun sebuah bangsa pada hari pertama) sangat berharap bahwa Beswan-beswan yang di didik ini kelak memang akan melahirkan calon-calon pemimpin masa depan yang unggul karena telah mendapatkan softskill seperti ini. Aku meng-amin-kannya. Aku pun juga berharap dengan tempaan ini, aku semakin unggul dan juga tangguh dalam kehidupan sehari-hari. Orang cerdas banyak, orang yang nilainya A semua juga banyak, orang kaya juga tak kalah banyak, tetapi Djarum Foundation mengharapkan kami lebih dari itu, oleh karena itu kami dibina dalam setiap soft skill yang diberikan agar unggul dalam akrakter atau kepribadian, yang bermental pemenang bukan pecundang. Karakter diri adalah fondasi dari karater bangsa kelak di masa depan. Tak sia-sia aku berjuang untuk mendapatkan Djarum Beasiswa Plus ini, bukan karena ini adalah perusahaan rokok, bukan pula karena uang saku yang diberikan, juga bukan karena bonafitnyasoft skills yang diberikan melainkan karena aku dibekali ilmu kehidupan yang berguna bagi masa depanku dan masa depan bangsa Indonesia tercintaku ini!

HYMNE BESWAN
Bersatu seikat Beswan Djarum. Kita semua bergandengan tangan. Membuka hati membuka harapan bawa citra harum. Tatap masa depan kita yang penuh tantangan dengan keberanian. Janganlah ragu janganlah bimbang, singkirkanlah segala rintangan. Baktikan diri untuk bangsa, ikrarkan satu tekad kebersamaan, ulurkan tangan untuk menolong sesama dengan kebahagiaan kita semua. Bersatu kita, bersatu kita, bawa citra harum di Beswan Djarum. Bersatu kita, bersatu kita. Hari esok di tangan kita semua.

YEL-YEL KELOMPOK 7 CB BATCH 4
THEME SONG: Dragon Ball Cartoon
Kami adalah (beswan) kelompok 7 (djarum) dari seluruh Indonesia. Kami disini siap menghadapi segala tantangan dan rintangan. Siapa yang berani melawan kami, pasti kan merasakan kekalahannya. Kelompok 7 : huhu haha hiiiiiiiii

Proficiat bagi semua Beswan! Lanjutkan!
Selamat menempuh perjuangan dan kesuksesan, hay kalian para calon-calon pemimpin masa depan bangsa Indonesia!

Salam Beswan!
Claudia Rosari Dewi-Beswan 30













Comments

Popular posts from this blog

My Chevening Journey #1

My Reflection on Winning Chevening Interview 2020/2021 #2