Yuk, belajar menjadi pemimpin yang baik!


Karakteristik Pemimpin yang Unggul
Oleh : Claudia Rosari Dewi, S.Psi

Image result for Pemimpin

Dimulai Dari Dini dan Diri Sendiri
SIKAP kepemimpinan perlu dilatih sejak dini, agar nantinya ketika sudah dewasa bisa menjadi pemimpin yang sebenarnya karena sudah terbiasa dengan aktivitas kepemimpinan. Makanya kita perlu belajar memimpin sejak dini, walaupun kita tidak bercita-cita untuk menjadi presiden, tapi tetap perlu jiwa kepemimpinan. Sebab tiap-tiap orang itu pasti jadi pemimpin, minimal pemimpin untuk dirinya sendiri. Nah kepemimpinan itu muncul karena dilatih, salah satu caranya dengan berpartisipasi dalam struktur kepemimpinan. Sederhananya untuk para pelajar bisa dengan menjadi ketua kelas, ketua OSIS, atau ketua organisasi siswa lainnya. Dengan mengikuti berbagai kegiatan itu kita bisa melatih mengatur diri sendiri dan orang lain. Kita bisa melatih diri untuk memimpin banyak orang, merancang sebuah program kerja dan lainnya. Jika pun tidak bisa turut berpartisipasi menjadi ketua kelas atau ketua organisasi, kami bisa menjadi ketua kelompok belajar atau semacamnya. Menjadi pemimpin itu sungguh tidak mudah. Karena kita berhadapan dengan orang lain. Jika terjadi suatu masalah antar anggota kita, maka kita pula sebagai pemimpin harus adil, harus memberikan solusi terbaik bagi keduanya. Bagaimanapun dekatnya kita pada salah satu di antara mereka.
Nah sanggupkah kita menjadi pemimpin? Tak ada alasan. Kita harus sanggup. Karena siapapun kita nantinya kelak akan menjadi pemimpin. Makanya sikap baik ini perlu dibiasakan sejak dini. Tak boleh ditunda-tunda. Tak boleh terus menerus menjadi yang dipimpin. Ada kalanya kita harus siap sedia untuk memimpin. Sikap itu harus diterapkan sedini mungkin. Dan dijadikan kebiasaan sehari-hari. Mulai dari bergaul bersama rekan sebaya, atau bersama adik. Kebersamaan itulah yang nantinya akan mengasah jiwa kepemimpinan kita ketika dihadapkan dengan berbagai masalah yang ada. Yang terpenting dalam melatih kepemimpinan adalah melatih diri sendiri. Sebelum memimpin orang lain kita harus terlebih dulu mampu memimpin diri sendiri. Jika tidak bisa memimpin diri sendiri tidak akan bisa memimpin orang lain. Misalnya dengan mengontrol diri agar lebih sabar, lebih disiplin dan lainnya.
Berani Menghadapi Konflik dan Mengambil Resiko
Bekerja sebagai pemimpin adalah bekerja dalam hal yang benar. Hanya yang benar disini bukan berarti “bukan hal-hal yang salah”. Mungkin yang dikerjakan pemimpin tersebut bukanlah hal yang salah, namun hal-hal yang kurang perlu dan tidak membangun organisasi yang dipimpinnya. Tentu ketika  ada konflik, dibutuhkan pemimpin yang mampu menghadapi konflik dan mengambil resiko. Hal ini terwujud dalam bentuk keputusan yang diambil pemimpin, yaitu berani  dan radikal (menyerempet bahaya), asal dengan perhitungan yang matang, tentu ini dapat memajukan organisasi yang dipimpinnya.Setiap saat kita selalu menghadapi yang namanya konflik, sehingga pemimpin yang mampu menangani konflik-per konflik adalah pemimpin yang hebat. Pemimpin yang baik dan saleh, tidak berani menghadapi konflik dan mengambil resiko yang ada didepan hanya akan menjadi pemimpin impoten dan menjadi “mainan banyak orang”. Seorang pemimpin seharusnya menyadari bahwa ia tidak bisa menyenangkan hati banyak orang, selalu menjawab ‘iya’ dalam setiap permintaan, ia harus menyenangkan hati banyak orang dan menjawab ‘iya’ jika itu memajukan apa yang sedang dipimpin dan diraih oleh kepemimpinannya.

Pelayan yang Rendah Hati
Namun demikian, sehebat dan seberani apapun seorang pemimpin, mereka yang akan dipandang positif oleh banyak orang adalah pemimpin yang memiliki jiwa kerendahan hati. Dirinya tahu bahwa ia mampu dan hebat, menyelesaikan dengan baik setiap hal yang ada, karena kekuatan dan dukungan yang diberikan oleh orang-orang yang ada disekitarnya, ia menjadi hebat tidak mengeraskan hatinya melainkan semakin meng’empuk’kan hatinya dan semakin rendah hati Kepemimpinan bukanlah sekedar masalah prestise pada jabatan yang dimiliki. Bukan hanya sekedar kedudukan,kekuasaan dan bukan pula sekedar memiliki pengetahuan intelektual yang tinggi mengenai kepemimpinan. Harus ada keseimbangan antara kemampuan intelektual dengan kepemilikan karakter pribadi yang baik yang dibangun dari pengembangan kualitas kemampuan emosional dan spiritual.
Yang terpenting adalah seorang pemimpin harus mempunyai sikap hati yang melayani yang terpancar melalui kerendahan hati. Karena seorang pemimpin yang sering mengunggulkan diri, pada umumnya lebih sering jatuh. Jadi kepemimpinan yang melayani adalah kepemimpinan yang lebih didasarkan pada kerendahan hati (Humble). Sifat rendah hati mutlak bagi seorang pemimpin. Kerendahan hati seorang pemimpin tampak dalam sikapnya yang mau mendengar kritik dari orang lain, mau memperbaharui diri. Selain itu, pemimpin yang punya sikap hati yang melayani adalah seoarang pemimpin yang bersedia dan tidak gengsi turun kebawah bersama orang bawahannya untuk melakukan apa yang harus dilakukan, Dia tidak menempatkan diri sebagai superior tetapi sebagai seorang pembelajar kehidupan. sebab pemimpin harus bersedia mengoreksi dirinya sendiri.
Kerendahan hati akan membuat seorang pemimpin tidak menjadi seseorang yang selalu haus akan kekuasaan, karena yang menjadi karakter hidupnya adalah melakukan sesuatu bukan untuk memperoleh pujian dari orang lain, bukan untuk disanjung orang dan dikatakan paling hebat dan paling berjasa dalam suatu pekerjaan. Kerendahan hati membuat seorang pemimpin melakukan setiap pekerjaannya dengan hati yang tulus. Dan yang menjadi point terpenting sebagai dampak dari kerendahan hati adalah kerendahan hati membuat seorang pemimpin menganggap orang lain sebagai yang lebih utama, tidak menjadikan dirinya sabagai pusat perhatian melainkan memperhatikan dan sebisa mungkin melayani orang lain tanpa berpendapat bahwa dirinya sendiri adalah sesuatu yang patut untuk diperhitungkan.
Sikap seperti itu ,sesuatu yang sudah sangat langka ditemukan pada saat ini.Tetapi jika mau menjadi seoarang pemimpin yang memiliki sikap hati seorang pelayan dengan murni dan konsisten melakukannya maka bukalah hati kita untuk mau dibentuk oleh Tuhan? dengan memiiliki hubungan pribadi yang sangat baik dengan Tuhan, saya percaya seorang pemimpin akan dapat memiliki sikap hati tadi.
Berdaya Ubah
Memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, merupakan suatu sifat yang sudah banyak dimiliki oleh pemimpin, namun apakah berarti mempengaruhi orang lain sama seperti dengan mengubah orang lain? Sebab mempengaruhi belum tentu mengubah, namun ketika mengubah sudah pasti mempengaruhi. Pemimpin berdaya ubah, secara sederhana dapat kita artikan sebagai pemimpin yang dapat mengembangkan hal negatif menjadi hal positif, mengembangkan yang sudah positif menjadi lebih positif lagi. Kebanyakan mereka yang menjadi pemimpin yang mampu mengubah adalah mereka yang memiliki kharisma dan kualitas kepribadian yang benar-benar sudah teruji. Tentunya bukan mereka yang menginginkan popularitas dan jabatan semata, melainkan mereka yang menginginkan untuk melayani dan memberikan sebaik-baiknya yang ada di dalam dirinya, dengan semangat dan totalitas seperti itu, seorang pemimpin akan mampu menciptakan perubahan-perubahan yang lebih baik sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh lingkungan disekitarnya, tempat ia memimpin,
Ignatian Leadership
Menurut Chris Lowney, seorang mantan Yesuit yang juga pernah menjadi eksekutif di J P Morgan, kesuksesan Yesuit itu bersumber pada “empat pilar keberhasilan”. Yesuit melatih para calon anggotanya untuk memimpin, karena yakin bahwa semua kepemimpinan berawal dengan kepemimpinan diri. Jesuit menghindari gaya kepemimpinan yang sok gemerlap dan sebagai gantinya berfokus pada empat nilai pokok yang menciptakan substansi kepemimpinan:
· Kesadaran Diri: Memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan pandangan hidup Anda.
· Ingenuitas: Kemampuan berinovasi dan beradaptasi dengan penuh keeyakinan terhadap dunia yang terus berubah.
· Cinta: Kesediaan untuk terlibat dengan dan melibatkan orang lain dengan sikap positif yang memungkinkan perkembangan potensi dan bakat terpendam mereka
· Heroisme: Menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan ambisi-ambisi dan hasrat-hasrat heroik untuk melakukan segala sesuatu secara tuntas dan prima

Dengan menerapkan prinsip-prinsip itu ke dalam hidup sehari-hari, Yesuit membangun sebuah organisasi yang mengoperasikan jaringan internasional perdagangan, pendidikan, dan berbagai karya lainnya selama hampir lima abad.
Lowney meyakini bahwa prinsip-prinsip yang sama itu dapat membuat kita masing-masing menjadi pemimpin yang dinamis dalam abad kedua puluh satu ini.

Sumber :
Byron, William J,. (2010). The Power of Principles; Etika untuk Budaya Baru Perusahaan.
Kanisius: Yogyakarta
pemimpin_552ca4046ea834b6288b456e

Comments

Dani Wahyu said…
Thanks infonya. Oiya ngomongin pemimpin, banyak loh orang yang nanya: Bisa ga ya generasi milenial itu jadi pemimpin yang berkualitas? Maklum, milenial kan sering banget tuh dicap negatif karena perilakunya yang dianggap malas, banyak nuntut, dan masih banyak lagi. Mau tau selengkapnya, yuk buruan cek di sini: Bisakah generasi milenial jadi pemimpin hebat?
Dani Wahyu said…
Thanks infonya. Oiya ngomongin pemimpin, banyak loh orang yang nanya: Bisa ga ya generasi milenial itu jadi pemimpin yang berkualitas? Maklum, milenial kan sering banget tuh dicap negatif karena perilakunya yang dianggap malas, banyak nuntut, dan masih banyak lagi. Mau tau selengkapnya, yuk buruan cek di sini: Bisakah generasi milenial jadi pemimpin hebat?

Popular posts from this blog

My Chevening Journey #1

My Reflection on Winning Chevening Interview 2020/2021 #2